Realitasttu.com - Kontingan Kesenian asal Belu yang diwakili SMAN Makir, Kecamatan Lamaknen Selatan akan berlaga di Pekan Kesenian Daerah (PKD) Tingkat Provinsi NTT dengan tema, “Pagar Bumi Interelasi Kaum Penjaga Tradisi”. Kontingen asal Belu ini dilepas oleh Wakil Bupati Belu, Dr. Aloysius Haleserens, Senin, 3 Juli 2023, di Kantor Bupati Belu.
Turut hadir Plt. Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Belu, para guru, pelatih dan peserta asal SMAN Makir, Kecamatan Lamaknen Selatan.
<iframe data-class="ads-script" data-type="ads-script">
<!--
<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-
4552716111294309"
crossorigin="anonymous"></script>
<ins class="adsbygoogle"
style="display:inline-block;width:320px;height:100px"
data-ad-client="ca-pub-4552716111294309"
-->
</iframe>
Wakil Bupati Belu menjelaskan kontingen asal Kabupaten Belu akan mengikuti pelaksanaan Pekan Kesenian Daerah (PKD) Tingkat Provinsi selama 3 hari, dari tanggal 3 hingga 5 Juli 2023, di UPTD Taman Budaya Kupang.
“Dari 12 kontingen yang mengikuti pekan kesenian daerah, salah satunya asal Belu yang mengirim utusan 21 penari asal SMAN Makir,” ucapnya.
Lebih lanjut dirinya mengatakan peserta asal Belu akan membawa tarian “Tei Gugul Hili” artinya memintal benang, yang terbuat dari bahan baku kapas.
“Harapan kita utusan asal Belu dapat memberikan yang terbaik kepada Pemerintah dan masyarakat Kabupaten Belu. Selain melestarikan tradisi budaya asli daerah, kontingen asal Belu ikut memperkenalkan budaya daerah kita kepada peserta asal daerah lain,” ujar Bupati Belu.
Berikut Sinopsis Tarian ‘TEI GUGUL HILI’
IDE GARAPAN DIANGKAT DARI MOGOSAN.
MOGOSAN ADALAH KEHIDUPAN TANPA BUSANA DAN SUSAH, PERTUKARAN BARANGPUN MASIH DALAM TINGKATAN YANG SANGAT SEDERHANA SEHINGGA
SULIT UNTUK MENDAPATKAN PAKAIAN ATAU BAHAN PENUTUP TUBU PADA SAAT
ITU.
SITUASI SULIT DAN SUSAH TERSEBUT MEMBUAT RAJA MEMUTAR OTAK BAGAIMANA CARANYA AGAR RAKYATNYA BISA BERPAKAIAN. AKHIRNYA RAJA MENGELUARKAN
MAKLUMAT. DENGAN TEGAS RAJA MEMAKSA DAN MENDESAK AGAR SETIAP KEPALA KELUARGA MENANAM KAPAS DAN WAJIB MEMILIKI KAIN. DAN PADA SAAT ITU YANG DIBUAT TERLEBIH DAHULU ADALAH TAIS BELIS, DAN KULAN UNTUK MENUTUP SEPARUH TUBUH. SELANJUTNYA PERINTAH RAJA HARUS MEMBUAT KAIN ADAT LAKI-LAKI DAN KAIN ADAT PEREMPUAN DALAM WAKTU SINGKAT, PADAHAL UNTUK
MEMPEROLEH SATU LEMBAR TAIS BUTUH WAKTU SATU TAHUN. KENDATIPUN DEMIKIAN, KAUM IBU-IBU TIDAK MEYERAH. MEREKA MEMBENTUK KELOMPOK LALU MEMINTAL KAPAS MENJADI BENANG.
Baca Juga: NTT Diguyur Hujan Pada Musim Kemarau, Begini Penjelasan BMKG
KARENA DESAKAN RAJA, MAKA LAHIRLAH TEI GUGUL HILI’.
TEI GUGUL HILI’ MERUPAKAN NYANYIAN RAKYAT SAAT MELAKUKAN PEMINTALAN KAPAS MENJADI BENANG SECARA TRADISIONAL. NYANYIAN ITU DILANTUNKAN OLEH KAUM IBU-IBU DENGAN PERASAAN SEDIH KARENA TITA RAJA YANG TEGAS, MEMAKSA, DAN MENDESAK DI TENGAH SITUASI YANG SUSAH DAN SULIT. MEREKA DIDAMPINGI OLEH KAUM BAPAK-BAPAK YANG SETIA MENEMANI DEMI MEMPEROLEH UNTAIAN BENANG HALUS DARI SERAT KAPAS YANG PADA AKHIRNYA DITENUN DAN MENGHASILKAN LEMBARAN TAIS TRADISIONAL’ YAKNI TAIS MEAK
DAN TAIS GUZU DALAM KURUN WAKTU DUA TAHUN.
KIDUNG TEI GUGUL HILI’ BERMADA SYUKUR, KEPEDULIAN, MERAJUT
KEBERSAMAAN, DAN MENJALIN KERUKUNAN ANTAR SESAMA.
TEI GUGUL HILI’ BIASANYA DILAKUKAN PADA MALAM HARI DIBAWA TEMARAM
SINAR REMBULAN DAN CAHAYA OBOR TRADISIONAL YANG DINYALAKAN DENGAN API ALAM. SEBAB SAAT ITU TIDAK ADA LISTRIK, KOREK API DAN PETEK.
Baca Juga: Wabup Belu Beri Materi Pendadaran kepada 245 Anggota THS-THM di Paroki Stella Maris Atapupu
AGAR SUASANA TETAP CERIA, IBU-IBU MENGAJAK BAPAK-BAPAK UNTUK SANTAI SEJENAK’ DENGAN MEMBENTUK LINGKARAN TEI MASAK – TEI GOL’ DISERTAI DENGAN PUISI DAN PANTUN BERMAKNA PENGHIBURAN YANG DAPAT
MENGGAIRAHKAN HIDUP DAN CERITA HIDUP SEPANJANG SEJARAH.***