"Suhu yang meluas antara 40 hingga 50 derajat Celcius dan bahkan suhu ekstrem harian yang lebih besar lagi, ditambah dengan tingkat kelembapan yang tinggi pada akhirnya akan menentukan nasib kita," tambahnya.
"Manusia, bersama dengan banyak spesies lainnya, akan mati karena ketidakmampuan mereka mengeluarkan panas melalui keringat, sehingga mendinginkan tubuh mereka," kata Farnsworth lagi.
Baca Juga: Buntut Anak Aniaya Pacar Hingga Tewas, Anggota DPR Edward Tannur Dinonaktifkan
Para peneliti juga mensimulasikan tren suhu, angin, hujan, dan kelembaban di benua super tersebut. Mereka menggunakan model pergerakan lempeng tektonik, kimia laut, dan biologi untuk menghitung tingkat karbon dioksida.
Mereka menemukan bahwa pembentukan Pangea Ultima akan menyebabkan letusan gunung berapi yang lebih teratur. Ini juga melepaskan lebih banyak karbon dioksida ke atmosfer.
"Matahari juga akan menjadi lebih terang, memancarkan lebih banyak energi dan semakin menghangatkan bumi," tambah para ahli dalam laporan yang diunggah di jurnal Nature Geoscience.
Meskipun hal ini belum pasti, para ilmuwan prediksi masa depan umat manusia tampak "sangat suram". Di mana hanya sekitar 8% hingga 16% daratan di benua super yang dapat dihuni.
"Karbon dioksida bisa mencapai dua kali lipat tingkat karbon dioksida saat ini meskipun perhitungan tersebut dibuat dengan asumsi bahwa manusia sekarang berhenti menggunakan bahan bakar fosil," jelas seorang profesor sistem bumi evolusi di Universitas Leeds dan rekan penulis laporan, Benjamin Mills.
"Jika tidak, kita akan melihat angka tersebut jauh lebih cepat," tambahnya.