Suatu peristiwa bersejarah dalam perkembangan angklung adalah ditetapkannya angklung sebagai alat pendidikan musik nasional oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan melalui SK. No. 082/1968 pada 23 Agustus 1968 atas dasar pemikiran terkandung sifat-sifat baik dalam permainan angklung seperti kerja sama, disiplin, keterampilan, tanggung jawab, dan olah rasa musikalitas.
Pada 10 September 1968, Daeng Soetigna menyerahkan angklung secara simbolis kepada UNICEF sekaligus memperkenalkan moto pendidikan angklungnya yang terkenal dengan 5M (Mudah, Murah, Menarik, Mendidik, dan Massal).
Daeng Soetigna juga mengungkapkan cita-citanya agar angklung dikenal setiap bangsa sebagai musik pemersatu dan perdamaian dunia. (Iman Rahman A.K., guru SD Mutiara Bunda dan editor MinorBacaanKecil tahun 2006)***
Artikel ini telah tayang di portal pikiran-rakyat.com, dengan judul "Angklung dari Masa ke Masa, Jadi Musik Perang dan Dipakai Merayu Dewa Agar Turun ke Bumi"
https://www.pikiran-rakyat.com/entertainment/pr-015844546/angklung-dari-masa-ke-masa-jadi-musik-perang-dan-dipakai-merayu-dewa-agar-turun-ke-bumi